Alkisah,
pada zaman dahulu, Pulau Bawean masih bernama Pulau Majeti. Di
tengah-tengah Pulau Majeti terdapat pohon besar dan anggun, tetapi
rendang sehingga kalau seseorang berdiri di bawahnya akan dapat
menjangkau sebahagian daun pohon tersebut. Kala itu Pulau Majeti
diperintah oleh Ratu jin yang berwibawa. Semua mahluk di daerah
kekuasaanya tunduk kepadanya, baik mahluk halus maupun mahluk kasar.
Ratu jin di Pulau Majeti sangat termashur dan dikenal oleh Ratu-Ratu jin
yang lain di Nusantara, ini karena di daerah kekuasaan Ratu Jin Majeti
terdapat "Pohon Sakti" yang tidak dimiliki oleh ratu jin lain di mana
pun di kepulauan Nusantara ini. Yang tiada lain adalah pohon besar dan
rendang di tengah Pulau Majeti itu. Kerananya dalam waktu tertentu, Ratu
jin selalu mengubah kebijaksanaanya demi menyelamatkan pohon tersebut.
Ratu juga ingin sekali melestarikan pohon kebanggaanya itu. Maka
dipanggillah beberapa jin pengawal kerajaan. "wahai pengawalku!" "Ya
Ratu!" "Coba kau jemput burung gagak jantan yg sedang berada di Pantai
Ria, Desa Dekat Agung dan burung gagak betina yg ada di Pantai
Mayangkara, Desa Ponggo!"
"Hamba
laksanakan Ratu!." Demikian jawab pengawal kerajaan sembari menundukkan
tubuhnya dan terus berangkat untuk memanggil ke dua burung gagak
tersebut. Setelah keduanya datang menghadap Ratu, maka Sang Ratu jin
berkata... "Hai, Gagak! kamu berdua akan mendapat tugas baru yg berat,
tetapi sangat mulia! bersediakah engkau?"
"Dengan
senang hati, Ratu" sembah kedua gagk itu. "Bagus. Memang hanya
engkaulah yang dapat melaksanakan amanat ini. Apalagi selama ini kalian
telah mengerjakan tugas-tugas kerajaan dengan sangat baik dan berhasil.
"Tugas
gerangan apakah itu, Ratu?" tanya kedua gagak itu. "Begini. Engkau
berdua sudah waktunya untuk mengetahui keadaan ini, karena engkau telah
menjadi pegawai kerajaan berjabatan tinggi. Tapi, sebelumnya saya
ingatkan janganlah kalian membocorkan "rahsia kerajaan ini." titah Ratu
penuh harap, kemudian melanjutkan.
"Kerajaan
kita mempunyai pohon istimewa yg terdapat di tengah-tengah pulau ini.
Berkat pohon itulah kerajaan kita termashur dan disegani oleh kerajaan
lainya. Segala bahagian pohon itu amat berguna bagi kehidupan!", "oh
ya?" sambung kedua gagak itu. "Akarnya, batangnya, dan rantingnya
sebagai tumbal bencana alam, dan bahaya lain. Sehelai daunnya saja, bisa
menyembuhkan berbagai penyakit dan sangat ampuh daya sembuhnya.
Bunganya juga dapat untuk kekebalan pemiliknya". "Hai, sakti amat!"
"Nah, kewajibanmu sekarang adalah menjaga pohon itu serta bahagiannya.
Berjagalah dengan disiplin atas segala gangguan dan ancaman, baik dari
luar atau dari dalam kerajaan.
Waspadalah
selalu ke udara, ke laut atau ke darat. Jika ada mahluk asing yang
mencurigakan, segeralah hubungi dan lapor pada penjaga istana". Kedua
ekor gagak itu tidak menjawab, hanya memperhatikan dengan seksama
instruksi-instruksi Ratunya. Betapa berat tugas yg dipikulnya. Namun
mereka cukup bangga karena mendapat kepercayaan dan kehormatan dari
Tuannya. Hingga pada suatu hari, burung gagak menjumpai seorang pemuda
buta yang sedang tertatih-tatih dan berusaha mencari obat demi
kesembuhan kedua matanya. Melihat hal yang demikian Sang gagak merasa
hiba dan kasihan kepada pemuda tersebut dan melanggar janji mereka
kepada ratu jin. "Wahai pemuda buta, ambil daun pohon besar ini dan
usapkan ke kedua matamu yang buta. Maka kau akan dapat melihat lagi",
kata gagak kepada pemuda buta tersebut. Akhirnya pemuda itu menuruti
perintah si gagak dan pemuda itu langsung sembuh, kedua matanya dapat
melihat secara normal. Ratu jin mendengar berita tersebut kemudian marah
lalu mencabut pohon besar dan sakti yang berada di tengah-tengah Pulau
bawean itu. Bekas dari cabutan pohon besar itulah kemudian menjadi
sumber dan membentuk danau. Hingga saat ini danau itu masih asli,
rendang dan tentunya masih ada kesan mistiknya. Danau itu terkenal
dengan sebutan Danau Kastoba.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar