Sabtu, 25 Januari 2014

Islam Di Pulau Bawean

                                  Islam Di Pulau Bawean

Bukan Maulana umar Mas’ud yang pertama menyebarkan islam ke bawean, ada sunan bonang (Raden Makdum Ibrahim) yang lebih dulu menyebarkan islam di pulau majedi (bawean), kemudian ada waliyah zainab bersama suaminya Pangeran Seda Laut.
Kemudian barulah Maulana Umar Mas’ud. Pada permulaan abad ke XVI (kira-kira tahun 1501 Masehi) datanglah ke Pulau Bawean seorang bernama Maulana Umar Mas’ud (nama asalnya adalah Pangeran Perigi).

Beliau adalah cucu dari Sunan Derajat (Sayid Zainal Alim), iaitu anak yang kedua dari Susuhunan Mojoagung (putera Sayid Zainal Alim yang tertua). Maulana Umar Mas’ud datang ke Pulau Bawean dari Pulau Madura. Beliau datang ke Madura bersama saudaranya yang bernama Pangeran Sekara. Pangeran Sekara ini menetap di Madura serta beristeri di sana ( di Arosbaya), sedangkan Pangiran Perigi (Maulana Umar Mas’ud) keluar dari Madura menuju ke arah utara sehingga sampai di Pulau Bawean dan mendarat di sebuah desa yang sekarang bernama Kumalasa.
Konon menurut cerita, beliau datang ke Bawean dari Madura dengan menaiki seekor ikan.Pada mulanya setelah tiba di Pulau Bawean, Maulana Umar Mas’ud tidak langsung mengajarkan dan menyiarkan agama Islam, tetapi pertama yang beliau lakukan ialah bergaul dengan penduduk setempat dengan ramah tamah sehingga dalam pergaulan itu sudah tidak ada perasaan bahawa beliau adalah orang asing.
Pergaulan beliau dengan orang-orang sekitar dusun yang beliau tempati sangat erat sekali, sehingga semua orang yang beliau kenal menaruh kepercayaan kepada beliau. Apa lagi di dusun itu sudah lebih dahulu datang seorang muslim, namun kedatangannya tidak bermaksud dan tidak berfungsi sebagai mubaligh. Tak berapa lama Maulana Umar Mas’ud mendapat berita bahawa Pulau Bawean diperintah oleh seorang Raja yang menganut faham animisme. Raja itu sangat dipatuhi oleh rakyatnya sehingga rakyatnya pun mengikut kepercayaan yang dianuti Rajanya. Setelah Maulana Umar Mas’ud mendengar berita yang demikian itu, maka berangkatlah beliau menuju dusun Panagi, tempat kedudukan Raja Babileono memerintah.
Maksud beliau mengunjungi Raja itu ialah akan mencari kebenaran berita yang diperolehinya. Dan apabila memang benar demikian, beliau akan mengajak dan menyeru Raja tersebut kepada Agama Islam. Kerana beliau berkeyakinan, apabila Raja itu nanti mahu memeluk Agama Islam, maka semua rakyatnya akan mengikuti pula.
Al-kisah, setelah Maulana Umar Mas’ud tiba di dusun Panagi dan berjumpa dengan Raja Babileono, benarlah berita yang beliau peroleh, bahwa Raja itu berkepercayaan animisme. Dalam pertemuan itu Maulana Umar Mas’ud dengan penuh kebijaksanaan mengajak dan menyuruh Raja memeluk Agama Islam. Ajakan dan seruan beliau ditolak oleh Raja dan sampai berulang-ulang Maulana Umar Mas’ud menyatakan maksudnya itu tetapi selalu ditolak oleh Raja.
Akhirnya Raja Babileono mengajukan tentangan kepada Maulana Umar Mas’ud, bahwa beliau harus mengadu sakti dan kekuatan dengan Raja serta dengan syarat, bahwa siapa yang kalah harus tunduk dan patuh kepada yang memang. Tantangan dan syarat tersebut diterima oleh Maulana Umar Mas’ud. Kemudian ditentukan waktunya serta tempat diselenggarakannya adu sakti dan kekuatan itu.
Pada-waktu yang telah ditentukan maka berkumpullah semua pembantu Raja Babileono beserta rakyatnya yang ingin menyaksikan adu sakti dan kekuatan tersebut di sebuah lapangan yang sudah ditentukan pula. Raja dan Maulana Umar Mas’ud juga sudah berada di tengah-tengah lapangan.
Sebagaimana lazimnya dengan keadaan kehidupan pemimpin-pemimpin masa dulu, demikian pula halnya dengan apa yang terjadi antara Raja Babileono dengan Maulana Umar Mas’ud. Adu sakti dan kekuatan yang terjadi antara keduanya berjalan demikian: Dengan kesaktian dan kekuatan ilmu batinnya, Raja Babileono merebahkan pohon kayu yang sangat besar tanpa alat dan bantuan sesiapapun.
Raja mempersilakan Maulana Umar Mas’ud supaya menegakkan kembali pohon kayu yang sudah rebah itu. Semua yang hadir menunggu apa yang akan dilakukan oleh Maulana Umar: Mas’ud dalam usahanya menegakkan kembali pohon itu. Maulana Umar Mas’ud berjalan dengan tenang menghampiri dan mendekati pohon besar yang tumbang itu dan menyapu sebahagian batang pohon tersebut dengan tangannya kemudian pohon itu bergerak dan tegak kembali seperti sediakala. Sekarang sampai giliran Maulana Umar Mas’ud. Beliau mengambil dan menghela seekor kerbau ke tengah-tengah lapangan. Kerbau itu beliau rebahkan dengan tongkat yang dibawanya.
Setelah itu beliau mempersilakan Raja Babileono mengangkat dan membangunkan kerbau tersebut. Raja Babileono menghampirinya dan kemudian berusaha mengangkat dan membangunkannya. Usaha Raja sia-sia belaka. Berbagai cara dan kekuatan yang dia dilakukan, namun usahanya itu tidak membawa hasil sama sekali. Raja dipersilakan meminta bantuan para pembantunya oleh Maulana Umar Mas’ud untuk mengangkat dan membangunkan kerbau itu, tetapi usaha bantuan itu pun. sia-sia juga.
Akhirnya karena Raja Babileono sudah tidak berdaya lagi untuk mengangkat dan membangunkan kerbau tersebut sekali pun sudah dibantu pula oleh para pembantunya, maka Maulana Umar Mas’ud datang menghampiri kerbau itu dan dengan tongkatnya beliau mengangkat dan membangunkannya. Gemparlah keadaan sekitar. tempat adu sakti dan kekuatan tersebut, karena kekalahan yang diderita oleh Raja Babileono.
Melihat kejadian semacam itu Raja Babileono tidak dapat menahan marah dan rasa malu akan kekalahannya dan ditambah pula harus tunduk dan patuh kepada Maulana Umar Mas’ud, sebagaimana persyaratan yang sudah dibuat, maka Raja Babileono menghunus pedangnya menyerang Maulana Umar Mas’ud.
Tetapi dengan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa, Maulana Umar Mas’ud dengan cepat dan tangkas menepis serangan itu, sehingga karena kerasnya tangkisan dan pukulan. tongkat Maulana Umar Mas’ud yang mengenai pedang Raja, maka pedang itu berbalik. mengenai diri Raja Babileono sendiri.
Beliau pun akhirnya meninggal dunia. Mayat Raja Babileono kemudian dibuang orang ke dalam laut. Dan dari situlah Maulana Umar Mas’ud menyebarkan Islam.Makam Maulana umar mas’ud terletak tepat di Belakang Masjid Baiturrahman (Alun-alun) Kecamatan Sangkapura Bawean, dan nama beliau juga di abadikan menjadi sebuah nama yayasan di Pulau Bawean.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar